Apa itu 'Kecanduan Cinta', Benar-benar Ada, Menurut Psikologi Bisa Saja Disebabkan Trauma

- 10 April 2022, 05:15 WIB
Ilustrasi - Apa itu 'Kecanduan Cinta', Benar-benar Ada, Menurut Psikologi Bisa Saja Disebabkan Trauma
Ilustrasi - Apa itu 'Kecanduan Cinta', Benar-benar Ada, Menurut Psikologi Bisa Saja Disebabkan Trauma /Pexels.com/cottonbro

JOMBANG UPDATE - Kecanduan cinta bukan hanya persoalan personal perasaan. Hal ini diuraikan dalam ilmu psikologi.

Kecanduan cinta menurut ilmu psikologi memiliki kecenderungan yang tidak sehat.

Kecanduan cinta dalam ilmu psikologi memiliki definisi dan penyebab yang jelas.

Kasus kecanduan cinta bahkan memiliki penyebab dan motif traumatik menurut ilmu psikologi.

Baca Juga: 4 Tipe 'Kecanduan Cinta' yang Tidak Sehat Menurut Psikologi

Baca Juga: Acts of Service Love Language: Cara Menunjukkan Cinta Kepada Pasangan yang Memiliki Bahasa Cinta Ini

Jatuh cinta adalah emosi yang indah. Psikologi pun melihat kecenderungan manusia mencari cinta dan ingin dicintai oleh seseorang.

Namun, cinta dapat terwujud dengan cara yang tidak sehat dan tidak rasional ketika berkencan dengan pecandu cinta.

Orang yang disebut 'pecandu cinta' ini sangatmungkin ditemui dan berpotensi merusak hidup seseorang yang terikat relasi dengannya.

Atau apakah ternyata diri sendiri yang terindikasi memiliki perilaku sebagai pecandu cinta?

Apa itu kecanduan cinta?

Kecanduan cinta kadang disebut pathological love atau cinta patologis. Yaitu kondisi psikologis dan pola perilaku yang terwujud ketika keterikatan dan kasih sayang menjadi obsesif, mengikat, dan disfungsional.

Tiga kata kunci tersebut bisa menjadi titik berangkat awal untuk mempertanyakan apakah cinta dalam relasi sehat atau tidak. Pada tahap lebih jauh hal tersebut bisa membawa konsekuensi negatif lainnya.

Perilaku obsesif, misalnya dapat hadir dalam bentuk tuntutan akan hadiah atau apresiasi, cinta yang bergantung, dan hal lainnya.

Tidak seperti kecanduan zat, menjadi kekasih yang kecanduan tidak disebabkan pada kebutuhan mengonsumsi zat kimia apa pun.

Baca Juga: Bahaya Kurang Tidur, Bisa Timbul Penyakit Fisik dan Mental

Baca Juga: 10 Cara Menunjukkan Cinta Kepada Pasangan yang Memiliki Quality Time Love Language, Selamat Mencoba!

Sebaliknya, perasaan 'cinta' ini justru menginduksi pelepasan serotonin dan dopamin, yang memberi makan hasrat kompulsif untuk kesenangan dan kepuasan. Tentu akhirnya ini terjadi pada kadar yang berlebihan.

Faktor yang berkontribusi terhadap kondisi kecanduan cinta

Menurut lansiran JOMBANG UPDATE dari laman The Minds Journal, ternyata perilaku ini bisa ditelusuri dari kehidupan dan perkembangan saat masih anak-anak.

Pengalaman masa kecil yang buruk adalah tempat pertama yang harus dilihat ketika berhadapan dengan kecanduan cinta.

Psikologi membaca kondisi kecanduan cinta sebagai mekanisme bertahan hidup atau Defend mechanism.

Ini menjadi pola bertahan hidup bagi individu karena biasanya para pecandu cinta mencoba mengisi kekosongan yang disebabkan atas penolakan atau pengalaman ditinggalkan sendiri saat masa anak-anak.

Beberapa faktor yang dapat memberi penjelasan tentang akar penyebab kecanduan cinta mungkin berupa:

- Pengalaman perpisahan atau perceraian orang tua.

- Memiliki salah satu dari kedua orang tua yang pecandu alkohol.

- Diadopsi dan mengalami penelantaran sebagai seorang anak.

- Mengalami kematian saudara atau orang tua di usia muda.

- Perasaan ditolak atau diabaikan sebab orang tua tidak hadir secara emosional.

Lebih lanjut lagi, psikologi membagi kondisi kecanduan cinta menjadi 4 tipe. Yaitu tipe obsessed, codependent, narsistik, dan ambivalen.

Memahami apa itu kecanduan cinta membantu untuk menciptakan relasi yang sehat dengan pasangan.

Menurut ilmu psikologi, kecanduan cinta adalah kondisi yang mungkin disembuhkan dengan terapi dan tes berkala.***

Editor: Anggita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x