Mengenal Tradisi Megengan Jelang Puasa Ramadhan, Ziarah Leluhur hingga Makan Bersama

- 2 April 2022, 12:00 WIB
(Ilustrasi Tumpeng) Mengenal Tradisi Megengan Jelang Puasa Ramadhan, Ziarah Leluhur hingga Makan Bersama
(Ilustrasi Tumpeng) Mengenal Tradisi Megengan Jelang Puasa Ramadhan, Ziarah Leluhur hingga Makan Bersama /Pixabay/mufidpwt

JOMBANG UPDATE - Masyarakat Jawa memiliki sebuah tradisi unik dalam menyambut datangnya bulan puasa Ramadhan, yaitu megengan.

Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan tradisi megengan jelang puasa Ramadhan?

Berikut ini JOMBANG UPDATE rangkum beberapa hal terkait tradisi megengan jelang puasa Ramadhan dari berbagi sumber.

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si yang merupakan dosen di UIN Surabaya menyatakan jika istilah megengan berasal dari kata 'megeng' yang berarti 'menahan'.

 

Baca Juga: 10 Tanda 'Negative Thinking' yang Tidak Baik Dilakukan Terutama Saat Puasa

Baca Juga: Mengubah Sampah Karbon Menjadi Bensin, Apakah Bisa?

Misalnya dalam ungkapan megeng nafas, artinya menahan nafas, megeng hawa nafsu artinya menahan hawa nafsu. Sementara dalam konteks puasa, maka yang dimaksud adalah menahan hawa nafsu selama bulan puasa.

Sementara itu, arti megengan secara simbolik menurutnya adalah penanda datangnya bulan puasa Ramadhan. Penanda itu juga sebagai peringatan agar segera menahan hawa nafsu, baik makan, minum, hubungan seksual dan nafsu lainnya.

Megengan dulunya diklaim sebagai tradisi yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga. Karena para walisongo dulunya mengajarkan agama Islam dengan berbagai simbol-simbol, termasuk megengan sebagai simbol jelang puasa ramadhan.

Oleh sebab itu, tradisi megengan berarti menjadi bagian dari akulturasi budaya antara budaya jawa dan islam.

Selain itu, megengan saat ini juga diartikan sebagai fenomena Living Qur’an atau kehidupan yang dijalankan menurut ajaran Al-Quran. Indikatornya adalah karena megengan merupakan tradisi untuk meyiarkan ajaran Islam ke dalam masyarakat.

Tradisi megengan umumnya dilaksanakan pada bulan Sya'ban, yaitu sekitar tanggal 20 sampai 29 Sya'ban sebelum bulan Ramadhan.

Pada pelaksanaannya, tradisi megengan ini pada umumnya diikuti oleh semua masyarakat daerah setempat baik di rumah, masjid atau musholla.

Jalannya tradisi megengan sendiri dapat bermacam-macam. Misalnya saja di wilayah Kabupaten Ngawi, megengan dilaksanakan dengan tiga rangkaian acara, yaitu ziarah makam leluhur, memasak apem dan selamatan.

Adapun dalam proses selamatan, biasanya terdapat berkat yang akan dibagikan. Berkat sendiri adalah istilah untuk satu paket makanan yang terdiri dari nasi, lauk pauk dan dilengkapi dengan jajanan tradisional.

Di Ngawi, salah satu makanan wajib yang harus disertakan adalah apem. Apem dalam tradisi Jawa melambangkan tolak bala dan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan atas limpahan rejeki yang telah didapat.

Baca Juga: Buka Puasa dengan Air Kelapa Muda, Ini Manfaatnya Menurut Medis

Baca Juga: 12 Manfaat Kurma untuk Kesehatan Menurut Fakta Nutrisinya, Tingkatkan Daya Otak Hingga Lancarkan Persalinan

Di daerah Tulungagung, megengan biasanya dilakukan di rumah masing-masing warga, dari satu rumah ke rumah yang lain dan dalam waktu sekitar 9 sampai 10 hari.

Pada tradisi megengan di sana, selamatan dilaksanakan dengan makan bersama. Namun, istilah berkat disebut dengan ambengan atau makanan yang hendak disantap bersama seluruh warga.

Sementara itu di beberapa daerah lain, prosesi megengan dapat terdiri dari beberapa rangkaian. Misalnya mengarak tumpeng, mandi di kolam sebagai simbol mensucikan diri hingga acara sholawatan bersama.

Tradisi megengan dengan rangkaian acaranya juga dapat ditemukan di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Tapi tradisi megengan lebih familiar disebut dengan nyadran.

Itulah penjelasan mengenai tradisi megengan jelang puasa Ramadhan dan beberapa bentuk kegiatannya.***

Editor: Alinur Awwalina


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x