2 Faktor yang Membuat Orang Mudah Marah Saat Lapar Menurut Penelitian, Kendalikan Demi Kekhusyukan Puasa

- 9 April 2022, 18:15 WIB
2 Faktor yang Membuat Orang Mudah Marah Saat Lapar Menurut Penelitian, Kendalikan Demi Kekhusyukan Puasa
2 Faktor yang Membuat Orang Mudah Marah Saat Lapar Menurut Penelitian, Kendalikan Demi Kekhusyukan Puasa /Pexels/Tima Miroshnichenko

JOMBANG UPDATE - Terdapat beberapa faktor yang membuat orang mudah marah saat lapar menurut penelitian. Kendalikan saat puasa Ramadhan!

Faktanya, mudah marah saat lapar di waktu puasa bukan relasi yang mengada-ada.

Psikologi memiliki penjelasan mengapa orang yang lapar atau sedang puasa menjadi lebih mudah marah.

Ada dua faktor yang memengaruhi mengapa orang mudah marah saat lapar, khususnya di waktu puasa.

Baca Juga: Pentingnya Istirahat atau Hari Libur, Cara Terbaik Melakukannya Menurut Psikologi

Baca Juga: Bukan Insomnia! Revenge Bedtime Procrastination, Fenomena Begadang Demi ‘Me Time’

Dua faktor yang membuat orang mudah marah saat lapar ini bisa dikendalikan untuk menjaga kekhusyukan ibadah puasa.

Menurut lansiran JOMBANG UPDATE dari laman American Psychology Association (APA), ketika seseorang lapar, ada dua hal utama yang menentukan apakah rasa lapar itu akan berkontribusi pada emosi negatif atau tidak: konteks situasi dan kesadaran diri.

“Kita semua tahu bahwa kelaparan terkadang dapat memengaruhi emosi dan persepsi kita tentang dunia di sekitar," kata penulis utama penelitian tentang pengaruh lapar yang diterbitkan oleh APA tahun 2018, Jennifer. MacCormack, MA, seorang mahasiswa doktoral di departemen psikologi dan ilmu saraf di University of North Carolina di Chapel Hill.

Orang-orang di Amerika sendiri mengenal diksi 'hangry', yang berarti pemarah atau mudah tersinggung karena kelaparan dan sudah tercantum dalam Oxford Dictionary.

Pada sebuah eksperimen laboratorium yang melibatkan lebih dari 200 mahasiswa, para peneliti meminta para peserta untuk berpuasa atau makan terlebih dahulu.

Setelah itu, sebagian peserta diminta untuk menyelesaikan latihan menulis yang dirancang untuk mengarahkan fokus pada emosi. Sementara itu, sisanya tidak.

Tahap berikutnya, seluruh peserta diminta untuk berpartisipasi dalam skenario yang dirancang untuk membangkitkan emosi negatif.

Peserta diminta menyelesaikan latihan yang membosankan di komputer yang, tanpa sepengetahuan mereka, diprogram untuk mogok tepat sebelum dapat diselesaikan.

Salah satu peneliti kemudian masuk ke ruangan dan menyalahkan siswa atas kerusakan komputer.

Peserta kemudian diminta mengisi kuesioner tentang emosi dan persepsi mereka tentang kualitas percobaan.

Para peneliti menemukan bahwa individu yang lapar melaporkan emosi tidak menyenangkan yang lebih besar seperti perasaan stres dan kebencian ketika mereka tidak secara eksplisit berfokus pada emosi sendiri.

Orang-orang ini juga berpikir bahwa peneliti yang melakukan eksperimen lebih menghakimi atau kasar.

Namun, hal seperti itu tidak muncul pada peserta yang telah mendapatkan latihan menulis untuk meredam emosi. Peserta yang menyisihkan waktu mencerna emosi mereka, bahkan saat lapar, tidak melaporkan perubahan emosi atau persepsi sosial ini.

Oleh karena itu, penelitian ini menyimpulkan bahwa pemahaman atas konteks situasi dan kesadaran diri terhadap kontrol emosi bisa meredam kemungkinan orang marah saat sedang lapar atau puasa.***

Editor: Alinur Awwalina


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x