Mengenal Penyakit Minamata, Jadi Nama Konvensi COP-4 yang Kini Digelar di Bali

- 23 Maret 2022, 22:00 WIB
Mengenal Penyakit Minamata, Jadi Nama Konvensi COP-4 yang Kini Digelar di Bali
Mengenal Penyakit Minamata, Jadi Nama Konvensi COP-4 yang Kini Digelar di Bali /Instagram.com/@kementerianlhk

JOMBANG UPDATE – Tahun 2022 menjadi jatah Indonesia sebagai tuan rumah untuk perhelatan Conference of The Parties Minamata keempat atau disingkat COP-4 Minamata.

Kini COP-4 Minamata memasuki fase kedua atau disebut In-Person Segmen yang dilaksanakan di Bali mulai tanggal 21-25 Maret 2022.

Berdirinya COP Minamata bukan tanpa sebab. Masalah merkuri yang menyebabkan penyakit Minamata dan selanjutnya menjadi bencana kemanusiaan adalah faktor terbentuknya COP Minamata ini.

Untuk lebih mengenal apa itu penyakit Minamata, berikut beberapa fakta yang berhasil JOMBANG UPDATE rangkum dari laman laman unida.gontor.ac.id dan beberapa sumber lainnya.

Baca Juga: 8 Penyakit dan Kelainan Jantung yang Paling Umum Diderita

Baca Juga: Bahaya Kurang Tidur, Bisa Timbul Penyakit Fisik dan Mental

1. Nama Minamata

Minamata adalah nama sebuah kota di Prefektur Kumamoto, Jepang. Di sana terdapat sebuah teluk yang kemudian disebut Teluk Minamata.

Teluk Minamata menjadi gerbang awal penyebab munculnya penyakit Minamata.

Sebab, disanalah limbah dari pabrik pupuk kimia yang mengandung merkuri itu dibuang.

2. Sejarah Penemuan

Awal kejanggalan di Minamata terjadi pada pertengahan tahun 1950. Ketika banyak kucing secara tiba-tiba mengalami kejang lalu mati atau tercebur ke laut.

Banyak penduduk Minamata mengeluh mati rasa di seluruh tubuh, mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan, juga tremor pada tangan dan kaki.

Pada 1 Maret 1956, seorang dokter di Jepang mempublikasikan laporan kasus epidemi di Minamata secara resmi.

Menurutnya penyakit Minamata disebabkan oleh gangguan sistem saraf pusat. Tetapi penyebab kerusakan saraf itu belum diketahui dengan pasti.

Penyakit Minamata kemudian semakin dikenal sejak fotografer asal Amerika, William Eugene Smith mempublikasikan foto berjudul Tomoko and Mother in the Bath.

Foto tersebut menggambarkan seorang ibu yang sedang memandikan anaknya Tomoko sebagai salah satu pengidap penyakit Minamata.

Baca Juga: Waspada Penyakit pada Kucing saat Musim Hujan, Budak Anabul Wajib Tahu

3. Penyakit Saraf

Penyakit Minamata atau Chisso-Minamata termasuk dalam penyakit sindrom neurologis. Sebuah kelompok penyakit saraf otak yang disebabkan oleh keracunan merkuri.

Gejala penyakit Minamata adalah ataksia atau gangguan sistem keseimbangan dan koordinasi seperti mati rasa di kaki dan tangan hingga kelemahan otot umum.

Dalam kasus ekstrim, penderita penyakit Minamata dapat mengalami kegilaan, kelumpuhan, koma hingga kematian.

4. Penularan Penyakit Minamata

Penularan penyakit Minamata terjadi saat sebuah pabrik pupuk, Chisso Co. Ltd. membuang limbahnya yang mengandung merkuri ke Teluk Minamata.

Merkuri tersebut kemudian dikonsumsi oleh ikan di laut. Sementara ikan yang mengandung merkuri tertangkap nelayan dan kemudian dikonsumsi oleh manusia.

Semakin banyak manusia mengkonsumsi ikan yang tercemar merkuri, maka semakin banyak pula akumulasi merkuri dalam tubuh.

Akumulasi merkuri berlebih dalam tubuh kemudian menyebabkan rusaknya saraf otak yang sebabkan penyakit Minamata.

Penelitian pada 4 November 1956 menunjukkan jika penyakit Minamata disebabkan oleh keracunan makanan seperti ikan dan kerang yang terkontaminasi merkuri.

Baca Juga: 5 Khasiat Teh Hitam Bagi Kesehatan Badan, Satunya Kurangi Resiko Penyakit Jantung

5. Jumlah Korban

Korban penyakit Minamata terdiri 17.000 orang dan lebih dari 2.000 orang meninggal dunia.

Mereka yang masih hidup harus menjalani kehidupan dalam kondisi kecacatan fisik maupun mental.

Hingga tahun 2021, sebanyak 1,400 warga Minamata masih menunggu kompensasi ganti rugi dari perusahaan Chisso Co. Ltd.

6. Penyakit Minamata di Indonesia

Adanya penambangan emas skala kecil yang menggunakan merkuri sebagai bahan pemurni di Indonesia menjadi peluang pencemaran merkuri.

Dampak pencemaran merkuri di Indonesia pernah tercatat pada tahun 2017.

Penduduk Desa Debowae, Maluku memiliki kandungan merkuri 10,5 sampai 127 mikrogram/liter pada air seninya. Sementara batas normalnya hanya 9 mikrogram/liter.

Itulah rangkuman beberapa fakta terkait penyakit Minamata yang menjadi inspirasi konvensi COP-4 Minamata di Bali.***

Editor: Anggita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x