Apa Itu 'Toxic Masculinity', Kaum Pria Maupun Wanita Bisa Menjadi Korban Konsep 'Beracun' Ini

29 Maret 2022, 22:00 WIB
Ilustrasi - pengertian apa itu toxic masculinity. /Unsplash.com/@mazerone

JOMBANG UPDATE - Toxic masculinity adalah istilah dalam psikologi yang berkaitan dengan ekspresi seseorang di masyarakat.

Toxic masculinity atau maskulinitas toksik adalah salah satu efek dari apa yang dipercaya masyarakat tentang perempuan dan laki-laki.

Toxic masculinity adalah buah negatif dari adanya pemahaman dan penerapan maskulinitas dan feminitas yang sempit.

Oleh karena itu, toxic masculinity memengaruhi tak hanya pria, tetapi juga wanita.

Baca Juga: Mengapa Remaja Ingin Bunuh Diri? Psikolog Anak Sarankan Orang Tua Lakukan Hal Ini

Baca Juga: 4 Manfaat Menanam Bunga bagi Kesehatan Mental, Salah Satunya untuk Terapi Warna

Dikutip dari laman Medical News Today, dikutip JOMBANG UPDATE bahwa maskulinitas toksik atau toxic masculinity adalah gambaran aspek negatif dari sifat maskulin yang dilebih-lebihkan.

Istilah ini telah berkembang dari waktu ke waktu dan memiliki tempat baik di dunia akademis, maupun dalam percakapan sehari-hari.

Istilah ini perlu dipahami dengan hati-hati sebab ini berkaitan dengan maskulinitas 'tradisional' yang sangat kompleks.

Dalam masyarakat modern, orang sering menggunakan istilah ini untuk menggambarkan sifat maskulin yang berlebihan, yang telah diterima atau diagungkan oleh banyak budaya.

Pada umumnya konsep tentang seorang laki-laki akan diidentikkan dengan nilai 'kejantanan' berdasarkan:

  • kekuatan
  • kurang memiliki emosi
  • mandiri
  • mendominasi

Oleh karena itu, laki-laki yang tidak cukup menunjukkan sifat-sifat tersebut mungkin gagal menjadi 'pria sejati'.

Penekanan berlebihan pada sifat-sifat ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan yang berbahaya pada mereka - khususnya para pria - yang mencoba memenuhi harapan tersebut.

Diam-diam para pria mungkin tertekan akan konsep menjadi 'pria sejati'.

Baca Juga: Mengenalkan Sampah Plastik pada Anak Usia Dini, Berikut Penjelasan Psikolog

Baca Juga: Tes Kepribadian: Gambar Pertama Kali Dilihat Ungkap Keadaan Psikologis Seseorang Saat Ini

Selanjutnya, itu mungkin menjadi penyebab munculnya agresi, memendam emosi, hiper-kompetitif, ataupun hasrat untuk mendominasi atau mengendalikan orang lain.

Situasi itu juga mungkin menimbulkan kecenderungan ke arah kekerasan, isolasi, empati rendah, atau bahkan perasaan tidak aman saat seorang pria gagal memenuhi konsep.

Dari sudut pandang psikologi, kondisi ini tidak hanya mungkin berefek pada individu yang tertekan oleh konsep maskulinitas toksik. Kondisi ini mungkin meningkatkan risiko masalah sosial secara lebih luas.

Toxic masculinity bisa terjadi di mana saja. Selama tempat tersebut memiliki konsep atau wacana tentang laki-laki dan perempuan.

Lingkungan keluarga menjadi salah satu tempat yang disoroti oleh para ahli saat memperbincangkan masalah toxic masculinity.

Ini adalah sebuah kondisi yang kompleks dengan berbagai faktor yang memengaruhi tumbuh kembang dan pendewasaan diri seseorang.

Di lingkungan yang diisi maskulinitas toksik, ide seputar 'apa yang seharusnya dilakukan seorang pria' memaksa orang untuk menerima pandangan yang sangat sempit tentang apa artinya menjadi maskulin.

Beberapa pria mungkin melakukan perilaku negatif saat mereka berusaha untuk menjadi lebih 'maskulin.'

Oleh karena itu, tak hanya pria, kaum wanita pun pada akhirnya bisa menjadi "korban" toxic masculinity. Pemahaman terhadap istilah ini sebaiknya dimiliki tak hanya oleh kaum pria, tetapi juga wanita.***

Editor: Anggita

Tags

Terkini

Terpopuler