Sejarah Kabupaten Jombang: Seri Sumber Boto, dari Tempat Perjuangan Hingga Wisata

- 22 Juni 2021, 14:00 WIB
Sejarah Kabupaten Jombang: Seri Sumber Boto, dari Tempat Perjuangan Hingga Wisata
Sejarah Kabupaten Jombang: Seri Sumber Boto, dari Tempat Perjuangan Hingga Wisata /Pixabay

JOMBANG UPDATE - Sumber Boto adalah salah satu nama dari sembilan sumber mata air yang berada di bawah kaki gunung Anjasmoro.

Mata air Sumber Boto terletak di Jalan Sumber Boto Dusun Tempuran Desa Japanan Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang.

Menurut informasi yang didapat JOMBANG UPDATE dari Purwanto selaku Manajer Wana Wisata Sumber Boto Jombang, Sumber Boto adalah sumber mata air terbesar dan dahulunya digunakan sebagai tempat pemandian oleh masyarakat setempat.

Masyarakat setempat menggunakan sumber mata air itu untuk kebutuhan kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: Jombang Punya Bendung Karet Pertama di Indonesia, Terletak di Jatimlerek dan Menturus, Simak Sejarahnya

Baca Juga: Ning Ema dan Gus Aidil Mangkir di Sidang Perdana, Kuasa Hukum Anggota DPR RI dari Jombang Tak Beberkan Alasan

Namun seiring berjalannya waktu, tepatnya setelah proklamasi 17 agustus 1945, ketika Belanda dan Sekutu mulai menginvasi kembali wilayah Indonesia, Sumber Boto menjadi tempat Pergerakan Organisasi Angkatan Muda Kehutanan yang terdiri dari Korps Karyawan Kehutanan.

Kemudian, pada tanggal 24 Agustus 1947 pergerakan itu resmi dibentuk dengan nama “Pasukan Wanara” di Sumber Boto Jombang, berjumlah 39 pasukan dan di komandoi pasukan kehutanan yang berada 1 devisi dibawah pimpinan Soedomo dan Soekiman.

Pasukan Wanara sendiri telah mendapat pengesahan khusus oleh Panglima Besar Jendral Soedirman.

Sehingga, Komando pasukan Wanara yang pusatnya di Jogjakarta dan basis pasukannya tersebar di hutan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur segera melakukan gerilya di hutan-hutan ketiga provinsi tersebut.

Di Provinsi Jawa Timur, Sumber Boto menjadi daerah Batalyon III yang berada di bawah pimpinan bapak Soejarwo selaku asisten direktur kehutanan saat itu.

Dalam menghadapi invasi dari Belanda dan Sekutu, para pasukan Wanara di Sumber Boto memanfaatkan sisa senjata peninggalan kolonial Jepang di Jombang dan sekitarnya, khususnya di daerah dekat Pabrik Gula (PG) Tjoekir yang dahulunya menjadi basis utama tentara Jepang ketika menginvasi Pondok Pesantren dan sumber gula tebu di Jombang.

Selain itu, Sumber Boto juga menyimpan banyak peninggalan senjata, terbukti dengan di temukannya bom seberat 500 kg di sungai Sumber Boto.

Pasukan Wanara sendiri berusaha mencari senjata berupa bom, granat, dan peluru untuk diambil mesiunya kemudian di kumpulkan dan dirakit ulang menjadi sebuah senjata baru dengan alat seadanya.

Ketika para pasukan Wanara mencoba merakit bom seberat 500 kg, yang ditemukan di sungai tadi, mereka mengambil mesiunya dengan cara ditatah. tiba-tiba, bom itu meledak dan menggugurkan 5 pasukan Wanara yang antara lain;

1. Alm. Soegondo, Komando Seksi Satu Dimakamkan di TMP Jombang

2. Alm. Kadjas, Komandan Regu Persenjataan. Dimakamkan di Desa Pinggir Kec, Lengkong Kab. Nganjuk

3. Alm. Djaudji, Anggota Regu Persenjataan. Dimakamkan di Desa Japanan Kec. Mojowarno Kab. Jombang

4. Alm. Soewadji, Anggota Regu Persenjataan. Dimakamkan di Desa Japanan Kec. Mojowarno Kab. Jombang

5. Alm. Tasdmidjan, Anggota Regu Persenjataan, Dimakamkan di Desa Brebek Kec. Brebek Kab. Nganjuk.

Menurut Purwanto, alasan letak pemakaman dari ke 5 jenazah pasukan Wanara yang berbeda adalah karena permintaan keluarga, asal tempat, pejabat daerah setempat dan Pemerintah Kabupaten.

Baca Juga: Sejarah Singkat Kabupaten Jombang dari Masa Kerajaan sampai Kemerdekaan (BAGIAN 1)

Baca Juga: Putri Bupati Jombang 'Ning Ema' Digugat Rp2,65 Miliar Perkara Wanprestasi

Meski ada teman-temannya gugur, Soejarwo selaku pimpinan Batalyon III pasukan Wanara sangat beruntung.

Beliau berjarak 15 meter dari posisi ledakan sehingga masih selamat. Pada kemudian hari, Soejarwo, tentara yang pernah bergerilya di Sumber Boto diangkat menjadi menteri oleh Soeharto.

Kemudian untuk mengenang peristiwa itu, atas perintah Bapak Soehando Sastrosadarpo selaku Komando Batalyon IV pasukan Wanara dan Kepala Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, didirikan Monumen Perjuangan Pasukan Wanara yang diresmikan tanggal 19 Juli 1970 untuk mengenang jasa pasukan Wanara di Sumber Boto Jombang tahun 1948.

Selain itu, tanggal 19 Juli diperingati sebagai hari Pasukan Wanara oleh Perhutani dan Pengelola Sumber Boto. Peringatan itu di laksanakan pertama kali ketika bapak Soejarwo menjadi Menteri Kehutanan periode 1983-1988.

Kemudian pada tahun 1992, Sumber Boto dialihfungsikan sebagai Wana Wisata atau Wisata Hutan oleh Perum Perhutani berupa wahana outbond, kolam renang (pemandian), warung-warung, wisata bermain, dan bumi perkemahan pramuka.

Dari alih fungsi itu, Sumber Boto lebih dikenal dengan Wana Wisatanya sehingga muncul stigma dari masyarakat, jika Sumber Boto sendiri itu hanya berupa Wana Wisata dan Pemandiannya bukan sejarahnya.

Pada tahun 1995, Bapak Purwanto selaku aktivis karang taruna daerah setempat diangkat sebagai manager sekaligus juru kunci Wana Wisata Sumber Boto oleh Perhutani Kabupaten Jombang. Sampai saat ini bapak purwanto beserta jajaran yang mengurus Wana Wisata Sumber Boto dibawah pengawasan Perum Perhutani Kabupaten Jombang.

Editor: Alinur Awwalina

Sumber: Narasumber Purwanto, Manajer Wana Wisata Sumber Boto Jombang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah