Sejarah Singkat Kabupaten Jombang dari Masa Kerajaan sampai Kemerdekaan (BAGIAN 1)

16 Juni 2021, 08:50 WIB
Komplek Pabrik Gula Gudo tahun 1930 (Suikerfabriek Goedo bij Jombang) /KITLV/Leiden

JOMBANG UPDATE - Jombang, wilayah kabupaten di Jawa Timur yang memiliki cerita masa lalu yang menarik dari masa kerajaan hingga kemerdekaan.

Masa lalu bukanlah ruang yang hampa tanpa jejak. Masa lalu adalah catatan yang menggores waktu menjadi sebuah sejarah yang dapat dibaca dan dipahami hingga saat ini.

Kabupaten Jombang, sebuah daerah yang terletak di tengah-tengah Provinsi Jawa Timur itu mempunyai semua itu. Meski tak setua daerah lain seperti Surabaya, Bojonegoro, Madiun, Kediri, atau Malang.

Jombang telah memiliki banyak sekali peninggalan Kerajaan Majapahit dan tokoh-tokoh yang berpengaruh yang kita kenal sampai sekarang seperti Gus Dur, Cak Nun, Alm. Cak Nur, Hadratusyek Hasyim Asy’ari, dan sebagainya.

Baca Juga: Putri Bupati Jombang 'Ning Ema' Digugat Rp2,65 Miliar Perkara Wanprestasi

Baca Juga: Jadwal Vaksin Covid-19 Pertama BLUD Puskesmas Mayangan Jombang Bulan Juni 2021

Dalam catatan sejarah, Jombang adalah daerah yang relatif baru karena secara administrasi wilayah Kabupaten Jombang baru terbentuk sekitar abad ke-18.

Ketika itu, terjadi pemisahan wilayah dengan Kabupaten Mojokerto yang membagi wilayah Mojokerto dengan Jombang.

Namun, menurut beberapa sumber lain, menyebutkan jika Jombang telah ada sejak masa kerajaan Hindu-Budha. Hal ini terkait dengan penemuan arkeologi.

Menurut buku yang ditulis oleh Dian Sukarno berjudul Jombang Pusat Mataram Kuna Wangsa Isana, Penemuan fosil Homo Mojokertoensis di lembah Sungai Brantas menunjukkan bahwa seputaran wilayah Jombang bagian utara diduga telah dihuni manusia sejak ribuan tahun yang lalu.

Pada sekitar tahun 851 Saka (929 M) menurut Prasasti Turryan yang ditemukan di Dusun Watu Godeg, Desa Tanggung, Kecamatan Turen Kabupaten Malang.

Pada bagian akhir prasasti itu disebutkan bahwa Raja Mpu Sindok memulai Ibukotanya di Tamwlang.

Letak Tamwlang saat ini diperkirakan berada di Desa Tembelang, Kecamatan Tembelang Kabupaten Jombang.

Kemudian pada tahun 859 Saka (937 M) menurut berita prasasti Anjuk Ladang, yang ditemukan di halaman candi Lor, Desa Candi Rejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, menyebutkan bahwa ibukota tersebut dipindah oleh Raja Dharmawangsa Teguh ke Watugaluh. Watugaluh saat ini berada di Dusun Watugaluh Desa Keras Kecamatan Diwek, Jombang.

Kemudian sekitaran tahun 1006 M, sekutu Kerajaan Sriwijaya menghancurkan Ibukota Kerajaan Mataram Hindu Medang dan menewaskan Raja Dharmawangsa Teguh. Airlangga, sang menantu putera Raja Udayana Bali yang ketika itu masih sangat muda, berhasil meloloskan diri dari kepungan musuh.

Ia bersama patihnya yang setiaa bernama Narotama, melakukan pelariannya selama kurang lebih 16 tahun.

Baca Juga: Asal Usul Bacang Lengkap dengan Resep dan Cara Memakan Hidangan Khas Perayaan Peh Cun

Baca Juga: Mengenal Festival Peh Cun, Tradisi Makan Bakcang dan Lomba Perahu Masyarakat Tionghoa di Indonesia

Airlangga menjalani kehidupan sebagai pertapa. Bukti pertapaan atau petilasan sejarah Airlangga dapat dijumpai di Sendang Made, Kecamatan Kudu. Kabupaten Jombang.

Selain itu terdapat peninggalan lain seperti komplek Pucangan yang terletak di Kecamatan Ngusikan. Disana konon disemayamkan anak perempuan satu-satunya Airlangga, Dewi Kilisuci.

Pada tahun 1042 M, Raja Airlangga turun tahta dan membagi dua kerajaannya. Sebelah barat disebut Kadiri (Kediri) dengan ibukotanya di Daha. Sedangkan di sebelah timur disebut Janggala. Dalam pembagian itu, kemungkinan Jombang ikut menjadi wilayah kerajaan Kadiri.***

Copyright: Liputan khusus ini merupakan hasil penelitian mendalam oleh penulis. Apabila hendak menggunakan sumber, diwajibkan untuk mencantumkan nama penulis dan media JOMBANG UPDATE.

Editor: Apriani Alva

Sumber: Buku Dian Sukarno berjudul Jombang Pusat Mataram Kuna Wangs

Tags

Terkini

Terpopuler