Gerakan Extinction Rebellion di Inggris Tuntut Hentikan Bahan Bakar Fosil, Ada yang Lebih Ramah Lingkungan?

22 April 2022, 10:15 WIB
Gerakan Extinction Rebellion di Inggris Tuntut Hentikan Bahan Bakar Fosil, Ada yang Lebih Ramah Lingkungan? /extinctionrebellion/Instagram

 

JOMBANG UPDATE - Muncul fenomena gerakan Extinction Rebellion di Inggris yang tuntut hentikan penggunaan bahan bakar fosil, adakah energi yang lebih ramah lingkungan?

Jalan-jalan di tengah Kota London, Inggris, selama bulan April 2022 banyak dipadati oleh para demonstran.

Pendemo itu melabeli diri dengan nama Extinction Rebellion atau dalam Bahasa Indonesia berarti Pemberontak Kepunahan.

Pada spanduk yang dibawa saat aksi turun ke jalan, gerakan Extinction Rebellion jelas menuntut agar pemerintah Inggris segera menekan penggunaan bahan bakar fosil di negaranya.

Baca Juga: NASA Temukan Komet Terbesar, Ukuran Lebarnya Sepanjang Tol Bakauheni - Terbanggi Besar

Baca Juga: Menyoal Logika Yunani, Tolak Pengungsi Afganistan, Terima Pengungsi Ukraina

Gerakan Extinction Rebellion menilai jika bahan bakar fosil adalah akar masalah dari pemanasan global dan perubahan iklim.

Suhu bumi saat ini memang dinilai ahli ilmu lingkungan naik 1,2°C sejak tahun 1850-1900.

Jika masalah itu tidak segera ditangani, kelompok Extinction Rebellion menduga jika keselamatan masa depan alam dan manusia akan sangat terancam.

Hanya dalam bulan April saja, aksi Extinction Rebellion untuk turun ke jalan sudah di mulai sejak 7 April 2022. Agenda kegiatan itu kemudian berlanjut pada 12 hingga 22 April 2022.

Melihat banyaknya masyarakat Inggris yang ingin lepas dari ketergantungan bahan bakar fosil, solusi energi yang lebih ramah lingkungan kemudian muncul ke permukaan.

Apakah manusia bisa terlepas dari bahan bakar fosil ? Apakah ada solusi energi pengganti yang lebih ramah lingkungan ?

Berikut JOMBANG UPDATE rangkum alternatif bahan bakar ramah lingkungan pengganti fosil yang dikutip dari laman Environmental and Energy Study Institute (EESI).

1. Bioenergi

Bioenergi merupakan sumber energi ramah lingkungan yang umumnya didapat dari biomassa atau sisa bagian tanaman/hewan.

Beberapa contoh biomassa yang umum ditemui di Indonesia diantaranya adalah limbah kayu, jerami padi dan sisa batang tebu.

Karbondioksida (CO2) yang ada pada sisa tanaman dari hasil fotosintesis akan terlepas ke atmosfer saat biomassa diubah menjadi bioenergi.

Karenanya, siklus CO2 menjadi lebih pendek dan tidak mempengaruhi stok CO2 berlebih di atmosfer yang dapat meningkatkan suhu bumi.

Hal itulah yang menjadikan bioenergi lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar fosil.

EESI menilai jika biomassa dapat digunakan sebagai sumber energi listrik, energi panas hingga bahan bakar kendaraan bermotor atau biofuel.

Sumber biomassa menurut EESI dapat diperoleh dari sisa pertanian, perkebunan hingga limbah dapur organik.

2. Fuel Cells

Fuel Cell adalah instalasi yang dapat merubah energi kimia secara langsung menjadi energi listrik.

Energi atau bahan kimia yang digunakan dalam Fuel Cell diantaranya hidrogen, metanol dan asam fosforik.

Peneliti dari Pusat Teknologi Material-BPPT dan EESI menyebutkan jika Fuel Cell adalah sumber energi pengganti fosil yang ramah lingkungan, nol emisi karbon dan anti bising.

Sumber energi Fuel Cell sejak tahun 2014 banyak digunakan dalam produksi mobil di Jepang yang kemudian merambah pasar hingga ke Inggris.

Perusahaan mobil pengangkut barang di Amerika Serikat juga diketahui telah menggunakan terobosan Fuel Cell ini.

3. Hydropower

Hydropower adalah sumber energi yang berasal dari energi kinetik air. Kekuatan aliran air dapat diubah menjadi sumber listrik atau sebagai penggerak turbin.

Prinsip kerja hydropower yang hanya mengandalkan kekuatan air, maka hydropower menjadi sumber energi yang ramah lingkungan dan nol emisi.

Konsep hydropower di Indonesia kemudian diaplikasikan dalam bentuk struktur Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Indonesia banyak memanfaatkan waduk sebagai sumber PLTA.

PLTA di Indonesia selama ini banyak terletak di area pegunungan. Sebab, perbedaan ketinggian dapat mendorong daya kinetik air sehingga energi yang dihasilkan menjadi lebih besar.

Sayangnya kondisi pegunungan yang labil dan rentan mengalami bencana alam menjadikan instalasi PLTA di pegunungan perlu konstruksi yang lebih matang.

Baca Juga: Protes Unik Aktivis Lingkungan Just Stop Oil di Inggris, Salah Satunya Ikat Leher di Gawang

Baca Juga: Inggris Sudah Merasakan Kebijakan Putin, Siap-Siap Krisis Pasokan Gas

4. Angin

Seperti hanya air, energi kinetik angin juga dapat diubah menjadi energi listrik melalui gerak turbin.

Sumber energi ramah lingkungan dari tenaga angin di Indonesia dikelola melalui instalasi yang disebut Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).

PLTB di Indonesia mulai dirilis pada tahun 2018 di Desa Mattirotasi, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Tengah.

PLTB disana memiliki 30 menara turbin setinggi 80 meter dengan kapasitas maksimal 75 Megawatt.

5. Geothermal dan Solar

Geothermal dan solar adalah dua jenis energi ramah lingkungan yang memanfaatkan energi panas.

Geothermal memanfaatkan panas dari bumi, sementara solar memanfaatkan panas dari cahaya matahari.

Geothermal memanfaatkan uap panas untuk menghasilkan listrik.

Uap itu digunakan untuk memutar turbin, mengaktifkan generator dan akhirnya menghasilkan sumber listrik.

Berbeda dengan geothermal yang memerlukan turbin, energi solar membutuhkan beberapa jenis instalasi seperti panel atau fotovoltaik surya.

Hingga saat ini, negara terbesar pengguna geothermal adalah Negara Islandia.

Gunung api yang mengelilingi negara Islandia dan kekuatan gletser sebagai pembangkit listrik tenaga air dimanfaatkan untuk memenuhi 99% listrik dan 70% kebutuhan energi warganya.

Itulah rangkuman dari JOMBANG UPDATE mengenai fenomena gerakan Extinction Rebellion dan sumber energi ramah lingkungan sebagai pengganti bahan bakar fosil.***

Editor: Alinur Awwalina

Tags

Terkini

Terpopuler