Taman Bumi Maros Pangkep, Yuk Intip Situs Geologi Asal Indonesia yang Didaftarkan ke UNESCO

19 Juni 2021, 09:05 WIB
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, saat melakukan kunjungan ke Taman Bumi Nasional Maros Pangkep. /Instagram.com/@sandiuno

JOMBANG UPDATE – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, melakukan kunjungan ke Sulawesi Selatan dalam rangka mempromosikan desa wisata untuk Program Anugerah Desa Wisata 2021 pada hari Kamis hingga Jumat, 17-18 Juni 2021.

Salah satu lokasi yang menjadi destinasi dalam kunjungan Sandiaga Uno kali ini adalah Taman Bumi Nasional Maros Pangkep di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

Selain berkunjung, politisi Partai Gerindra ini juga menyampaikan dukungannya terhadap proses pengajuan Taman Bumi Nasional Maros Pangkep dalam UNESCO Global Geopark.

Rencananya, pada bulan Juli 2021 mendatang, asesor dari UNESCO akan menilai langsung soal layak tidaknya Maros Pangkep untuk masuk dalam daftar UNESCO Global Geopark.

Baca Juga: Intip 4 Tren Liburan Aman di Tengah Pandemi, Solusi Jitu untuk yang Sudah Bosan Virtual Traveling

Baca Juga: Ini 5 Alternatif Tempat Rekreasi di Bogor yang Bisa Dikunjungi Saat Libur Lebaran, Simak Syarat-syaratnya!

Dikutip JOMBANG UPDATE dari www.geoparkmarospangkep.id, Taman Bumi Nasional Maros Pangkep meliputi Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkajene Kepulauan yang luasnya 223.629 ha serta Kepulauan Spermonde yang memiliki luas sebesar 88.965 ha.

Penunjukan sebagian kawasan Karst Maros Pangkep dan hutan Pegunungan Bulusaraung hingga menjadi taman nasional seperti sekarang bukanlah proses yang mudah. Proses itu telah dilakukan sejak tahun 1993 atas desakan UNESCO kepada Pemerintah Indonesia.

Tujuannya adalah untuk melindungi ekosistem karst lewat penetapan kawasan konservasi yang selanjutnya akan diusulkan menjadi situs warisan dunia (World Heritage Site). Hal ini karena kawasan karst Maros Pangkep memiliki berbagai peninggalan yang penting.

Berdasarkan hasil pendataan Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala Makassar, ada setidaknya 100-an gua prasejarah yang tersebar di kawasan Karst Maros Pangkep.

Dalam gua-gua tersebut terdapat peninggalan budaya berupa lukisan serta cap tangan manusia prasejarah. Selain lukisan, ada pula peninggalan lain, seperti alat batu, hingga sisa-sisa sampah makanan (cangkang Mollusca) yang menarik diteliti sampai sekarang.

Uniknya, gua-gua ini juga menjadi tempat hidup bagi jutaan spesies kupu-kupu, sehingga kemudian dijuluki sebagai kerajaan kupu-kupu atau “The Kingdom of Butterfly”. Lalu, ada pula satwa endemik dan langka lain yang bisa dilihat, misalnya kera hitam Sulawesi.

Dengan fauna, flora, maupun peninggalan budaya yang melimpah, kawasan Karst Maros Pangkep akhirnya diusulkan sebagai natural heritage tahun 1998. Bahkan, kawasan ini juga dinobatkan sebagai karst terpanjang kedua setelah karst yang ada di China Selatan.

Sebagai geopark, Taman Bumi Nasional Karst Maros Pangkep memiliki beragam destinasi pariwisata menarik yang meliputi geosite, biological site, dan cultural site.

Geosite terdiri dari Komplek Rijang Bantimala, Batuan Kerak Samura Parenreng, Komplek Matamorfik Pateyang-Cempaga, dan banyak lainnya.

Lalu, biological site meliputi Karaenta Primary Forest, Taman Botanik Tonasa, Taman Argo Botanik Puncak, Hutan Keilmuan Bengo Koraewa, hingga Taman Kehati.

Sementara itu, untuk cultural site terdapat Taman Prehistorik Sumpang Bita, Komplek Prehistorik Bellae, Situs Berburu, dan bermacam-macam destinasi lainnya.

Namun, jangan khawatir, bagi masyarakat yang belum memiliki waktu atau budget untuk berkunjung langsung ke Taman Nasional Maros Pangkep. Sebab, pada bulan Februari lalu pemerintah lewat Kemdikbud serta Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional telah meluncurkan tur virtual situs arkeologi.

Tur virtual situs arkeologi tersebut dapat diakses pada laman resmi Tur Virtual Arkeologi milik Kemendikbud: https://turvirtualarkeologi.kemdikbud.go.id/. Jadi, meskipun belum menikmati langsung keindahan Taman Nasional Maros Pangkep, masyarakat tetap dapat mempelajarinya terlebih dahulu dari segi arkeologi. Menarik bukan?***

 
Editor: Apriani Alva

Sumber: geoparkmarospangkep.id

Tags

Terkini

Terpopuler