Cemas Tanpa Masker, Munculkan Tren Mask Fishing

- 19 Maret 2022, 18:00 WIB
Ilustrasi anak memakai masker. Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan menyebut masyarakat harus terbiasa menggunakan masker, selama bertahun-tahun ke depan. Simak Cemas Tanpa Masker, Kini Munculkan Tren Mask Fishing.
Ilustrasi anak memakai masker. Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan menyebut masyarakat harus terbiasa menggunakan masker, selama bertahun-tahun ke depan. Simak Cemas Tanpa Masker, Kini Munculkan Tren Mask Fishing. /Pixabay/drfuenteshernandez/

JOMBANG UPDATE - Setelah dua tahun kekhawatiran atas virus menurun, kini remaja punya masalah baru. Menampakkan wajah, membuka masker di tempat umum bisa memberi tekanan sosial bagi beberapa orang. Setidaknya bagi Mahza Karnela (13) siswi SMP Cendekia Harapan di Jombang.

Berpangkal tolak dari Mahza, sekolah kini tak seperti dulu. Tahun pertamanya masuk SMP dimulai pada 2021, dengan perpaduan pembelajaran di rumah (daring) dan tatap muka (luring) secara bergiliran di sekolahnya.

Sekarang, Mahza menjadi siswi kelas 7, artinya sudah 2 tahun dia dan teman-temannya harus menggunakan masker. Di sekolah, sesekali melepas masker pun diperbolehkan, sekedar untuk makan dan minum seperlunya.

Menurut keterangan Mahza pada reporter JOMBANG UPDATE, jika melepas masker dan menampilkan beberapa detik wajahnya di muka umum, ia kadang khawatir, namun lebih sering merasa rikuh. Khawatir pada pentingnya protokol kesehatan, lalu rikuh itu muncul, lantaran kian pupusnya rasa percaya diri.

Baca Juga: 5 Masker Alami untuk Mencerahkan Wajah, Kulit Glowing dengan Biaya Murah

Baca Juga: Covid-19 di Indonesia Meningkat 14 Ribu Kasus Baru, Simak Efektifitas Penggunaan Masker Dobel

Nyatanya, Mahza dan teman-temannya masih tetap memakai masker, "intinya bukan hanya tentang pandemi, tapi tentang penilaian pada diri sendiri. Bayangkan apa yang orang pikirkan, saat melihat muka ini yang lebih dari 2 tahun saya sembunyikan," kata Mahza.

Hanya melihat setengah dari wajah seseorang setelah bertahun-tahun. Kemudian melihatnya benar-benar terbuka akan menimbulkan pertanyaan aneh. "Oh, ini wajahmu.." imbuh Mahza.

Masa remaja sering didefinisikan dengan ketidaknyamanan diri tentang citra tubuh, tekanan untuk adaptasi, tumbuhnya rasa penasaran atas identitas dan kerentanan terhadap kecemasan sosial.

"Kelak, saat aturan mengenakan masker berakhir, akan banyak remaja yang memiliki emosi campur aduk seperti yang saya alami," pungkas Mahza.

Bahkan ketika tren untuk memakai masker luntur, tekanan teman sebaya dan ketidaksepakatan tentang apakah mereka harus menutupi wajah, dapat menyebabkan kecemasan baru bagi remaja.

“Pada tahap perkembangan remaja, perubahan dalam cara seseorang menampilkan diri benar-benar dipengaruhi oleh lingkungannya,” kata Nailatin Fauziyah, Psikolog dan Dosen di Universitas Islam Negeri Surabaya dalam sebuah acara yang diadakan SMP Cendekia Harapan di Gedung Bung Tomo beerapa waktu lalu pada 8 Januari 2022.

Maka, memahami apa yang dialami kaum muda (remaja) secara emosional dapat membantu orang tua untuk menavigasi masa transisi emosi anak-anak mereka, kata Dr. Choukas-Bradley.

Jika merujuk kembali pada Dr. Choukas-Bradley, yang dikutip dari Kantor Berita New York Times, 17 Maret 2022.

Baca Juga: 10 Brand Masker Alami Ilegal Belum Kantongi Izin BPOM Menurut Dokter Richard Lee

Baca Juga: Manfaat Tanaman di Dalam Ruangan, Bisa Redam Stres hingga Tingkatkan Produktivitas

“Melepas masker juga merupakan transisi sosial selama periode perkembangan, ketika anak-anak muda menjadi hipersensitif terhadap apa yang orang lain pikirkan tentang mereka dan lagi (para remaja) sangat peduli dengan penampilan mereka.”

Implikasi dari pilihan mengenakan masker, juga diperparah dari sosial media. “Mask fishing” gagasan bahwa seseorang bisa menyembunyikan kekurangan wajah (penampilan) di balik masker, pertama kali muncul di aplikasi TikTok akhir tahun lalu.

Untuk mengonfirmasi gagasan tersebut. Sekali lagi, JOMBANG UPDATE mengutip dari kata Hannah Schacter, psikolog perkembangan (remaja) di Wayne State University Detroit.

“Ini merupakan fenomena pertama di ‘internet’ yang menilai orang berdasarkan penampilan fisik mereka,” kata Hannah Schacter, dikutip dari artikel New York Times, yang ditulis oleh Emily Sohn, 17 Maret 2022.

Menurut, sumber lain, Risma (25), “sebagai ibu rumah tangga dan pengguna aktif sosial media, apa yang sering tampak pada timeline (foto/video) seperti wanita glowing dan stylish, kadang membuat saya semakin insecure.”

Untuk orang-orang dari segala usia, penelitian menunjukkan, melonggarkan diri untuk sebuah perubahan dapat mengurangi kecemasan.

Terakhir, Noni (14) siswi kelas 8 SMP Islam Cendekia Harapan, memungkasi, “kecemasan bisa datang darimana saja, salah satunya dari wajah. Menurutku, buka masker sama dengan (buka) aib, malu..”***

Editor: Apriani Alva


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah