WHO Berharap COVID-19 Tak Lagi Jadi Darurat Kesehatan di Tahun 2023

15 Desember 2022, 14:00 WIB
WHO Berharap COVID-19 Tak Lagi Jadi Darurat Kesehatan di Tahun 2023 // Pixabay/ MintBlack4u

JOMBANG UPDATE - Direktur Jendral Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus berharap pandemi COVID-19 tidak lagi dianggap sebagai darurat kesehatan global pada tahun 2023.

Pernyataan tersebut disampaikan Dirjen WHO kepada media pada Rabu, 14 Desember 2022, di Jenewa.

Hal tersebut menyusul keputusan China menghapus kebijakan 'Nol-Covid' ketat dan membiarkan orang hidup dengan virus. Langkah tersebut memicu kekhawatiran bahwa negara dengan perekonomian terbesar nomor dua di dunia itu akan menghadapai lonjakan infeksi COVID-19.

WHO bertemu setiap beberapa bulan untuk membahas hal-hal terkait COVID-19.

Baca Juga: 3 Tips Pilih Sepatu yang Pas untuk Kaki, Dokter Spesialis Bedah Ortopedi Beri Saran yang Tepat

Baca Juga: Siap Tempur! 7 Pemain Inti Surabaya BIN Samator di Proliga 2023, Rivan Nurmulki hingga Agil Angga Anggara

Salah satu agenda pertemuan yaitu tentang menentukan apakah virus corona baru masih dianggap sebagai "darurat kesehatan masyarakat internasional" (PHEIC).

"Kami berharap suatu saat di tahun depan, kami dapat menyatakan bahwa COVID-19 tidak lagi menjadi darurat kesehatan global," ujar Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip JOMBANG UPDATE dari Antara.

Namun, ia pun menambahkan virus tersebut tidak akan hilang.

"Dan tentunya semua negara perlu belajar menanganinya bersama dengan penyakit pernapasan lainnya seperti influenza dan RSV (respiratory syncytial virus), yang keduanya saat ini menyebar secara intensif di banyak negara," katanya.

Pertemuan ini dimaksud untuk memicu tanggapan secara internasional yang akan membuat tanggapan yang bisa terkoordinasi.

Kedepannya, diharapkan dapat membuka pendanaan untuk berkolaborasi dalam berbagi vaksin dan perawatan.

Kepala WHO pun menuturkan adanya pandemi menjadi salah satu pelajaran terpenting, yaitu semua negara perlu memperkuat sistem kesehatan masyarakat.

Negara pun harus mempersiapkan, mencegah, mendeteksi, serta merespon wabah, epidemi, dan pandemi dengan cepat.

Itu pun memperlihatkan juga kerjasama yang lebih kuat dalam kolaborasi, alih-alih persaingan dan kekacauan menanda respon global terhadap COVID-19.

Sementara itu, ditanya tentang kondisi tersebut oleh Tedros untuk akhir PHEIC COVID-19, ahli epidemiologi senior WHO bernama Maria Van Kerkhove mengatakan masih banyak pekerjaan harus dilakukan.

Ia sebagai pempinan teknis Program Darurat Kesehatan WHO pun menambahkan gelombang infeksi dan infeksi ulang akan terus berlanjut di seluruh dunia.

Mengingat saat jumalh kematian baru dalam sepekan di laporkan beberapa negara masih berkisar 8.000 hingga 10.000 kasus.

"Jika ada sebagian besar populasi yang belum divaksin, dunia masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan," kata Direktur Kedaruratan WHO Mike Ryan tentang masalah yang sama.

Mike pun juga memperingatkan bahwa dunia masih belum mengetahui berkembangan virus tersebut di masa depan dan ketidakpastian seperti itu meningkatkan resiko.

Ryan pun menambahkan juga "apakah kita telah menangani masalah kerentanan dan ketahanan dalam sistem kesehatan kita atau belum," ujar Ryan.

Virus COVID-19 pertama kali muncul pada tiga tahun lalu di Wuhan, China, dan telah menewaskan lebih 6,6 juta orang di seluruh dunia termasuk di Indonesia.***

Editor: Alinur Awwalina

Tags

Terkini

Terpopuler