Biografi Lo Kheng Hong, Investor Saham dengan Aset Triliunan Rupiah

20 Juni 2021, 20:30 WIB
Biografi Lo Kheng Hong, Investor Saham dengan Aset Triliunan Rupiah /Twitter/@sinarmasAM

JOMBANG UPDATE - Lo Kheng Hong adalah salah satu investor saham di Indonesia yang terkenal sukses dalam berinvestasi saham di pasar modal Indonesia.

Lo Kheng Hong yang sering disebut Warren Buffett-nya Indonesia itu lahir di Jakarta, 20 Februari 1959 dari keluarga yang bisa dibilang kurang mampu.

Kedua orang tuanya dulunya tinggal di daerah terpencil sekitar 30 km dari Kota Pontianak.

Di sana, mereka bekerja sebagai pemecah kelapa yang durasi kerjanya dapat memakan waktu seharian.

Baca Juga: Cara Sukses Investasi Saham ala Lo Kheng Hong, Untung hingga Triliunan Rupiah

Baca Juga: 4 Tips Jitu Mengelola Keuangan bagi Generasi Sandwich, Begini Cara Memutus Rantainya

Lalu, mereka memutuskan untuk merantau ke Jakarta dengan bekal seadanya, dan akhirnya bekerja di toko setelah bermukim di Jakarta.

Rumah petak seluas 4×10 meter yang sering terkena rendaman banjir tanpa plafon di sudut perkampungan Jakarta, menjadi tempat berteduh keluarganya selama itu.

Selepas SMA, orang tua Lo Kheng Hong tidak memiliki uang yang cukup untuk mengirimnya belajar ke tingkat perguruan tinggi. Ia lantas tidak patah semangat.

Lo Kheng Hong memilih bekerja terlebih dahulu untuk mengumpulkan uang agar di kemudian hari bisa kuliah.

Di usianya yang ke-30 tahun, untuk pertama kalinya Lo Kheng Hong mulai berkenalan dengan dunia investasi saham dan pasar modal.

Lo Kheng Hong membeli saham pertamanya di tahun 1989 yaitu PT. Gajah Surya Multi Finance saat IPO (Initial Public Offering) atau Penawaran Umum Perdana.

Ia tergiur karena capital gain saham IPO yang besar.

Ia rela antre panjang di Gedung BDNI Hayam Wuruk untuk mendapatkan saham ini. Namun setelah listing, harga saham ini malah anjlok yang membuatnya terpaksa menjual rugi.

Baca Juga: 6 Warisan Genetik yang Diturunkan Orang Tua kepada Anak, Wajib Diketahui!

Baca Juga: Cara Membuka Rekening BRI Online dari Aplikasi BRImo, Tak Perlu Repot Pergi ke Bank!

Kejadian pahit tersebut tidak memadamkan gairah Lo Kheng Hong untuk tetap berinvestasi saham.

Hal itu malah memicunya untuk lebih rajin mempelajari investasi saham secara otodidak, dan banyak melahap bacaan tentang prinsip dan strategi investasi Warren Buffet.

Ia bahkan telah hafal di luar kepala prinsip-prinsip investasi saham ala Warren Buffet.

Di tahun 1990, Lo Kheng Hong memutuskan untuk pindah tempat kerja. Pada saat itu, banyak bank baru yang buka dan melakukan ekspansi bisnis.

Ia diterima sebagai staf pemasaran di Bank Ekonomi.

Setelah setahun bekerja, dia diangkat menjadi kepala cabang dengan kenaikan gaji yang lumayan.

Meski telah naik jabatan dan mendapatkan kenaikan gaji, ia tidak serta merta mengubah gaya hidup hematnya yang selama ini telah dijalankan.

Gaji yang diterimanya tetap disisihkan untuk membeli saham.

Pada tahun 1996, tepat 17 tahun ia bekerja di perbankan, ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya agar fokus menjadi investor saham.

Ia berani mengambil risiko tersebut karena telah mendapatkan keuntungan yang lumayan dari hasil berinvestasi saham serta memiliki cukup pengalaman selama tujuh tahun di lantai bursa.

Lo Kheng Hong memilih untuk tidak pernah bermain pada investasi emas karena tidak produktif.

Tidak membeli dollar juga karena menurut pendapatnya, orang yang membeli dollar cenderung berharap adanya krisis dan negara mengalami keterpurukan.

Sedangkan saham sebaliknya, investor saham tidak mengharap keburukan terjadi.

Investor saham menganalisis dan berharap kinerja perusahaan membaik, sehingga bisa memberikan untung.

Bagi Lo Kheng Hong, seorang investor berarti kuat secara modal.

Untuk itu dia menyarankan jangan memakai uang utang atau uang sehari-hari untuk investasi di bursa saham.

Ketika krisis moneter di tahun 1998, Lo Kheng Hong pernah rugi besar hingga uangnya yang tersisa tinggal 15 persen saja.

Namun ia tetap membeli saham meski posisi rugi. Ketika ekonomi telah membaik, uangnya berbalik bahkan nilai asetnya naik berlipat-lipat.

Ia menggunakan strategi beli saham paling murah tetapi paling bagus prospeknya.

Kemudian disimpan, menunggu dengan sabar, hingga bursa saham sadar bahwa saham itu terlalu murah dan dikembalikan ke harga yang seharusnya, di sinilah ia mendapatkan keuntungan.

Menurutnya, 90 persen investor tidak tahu apa yang mereka beli, seperti membeli kucing dalam karung.

Meski telah mengantongi aset hingga triliunan rupiah, ia sangat berhemat dalam mengelola keuangannya.

Ia pun sadar bahwa meski hidup kurang nikmat, ia sedang menunda kenikmatan demi menggapai sesuatu yang besar di masa depan.

Sepanjang sejarahnya di dunia saham, ada dua saham yang tercatat memberi Lo Kheng Hong keuntungan dalam jumlah fantastis, yakni UNTR dan MBAI.

Berdasarkan pantauan JOMBANG UPDATE, UNTR (United Tractors) adalah distributor utama alat-alat berat merk Komatsu di Indonesia.

Lo Kheng Hong membeli saham UNTR dengan seluruh modalnya, seharga Rp250 per lembar sebanyak 6 juta lembar saham pada waktu itu, yang berarti modalnya sebesar Rp1,5 miliar untuk saham UNTR saja.

Delapan tahun kemudian, harga saham UNTR naik di harga rata-rata Rp15 ribu dan ia menikmati keuntungan sebesar 5.900 persen.

Dia memperoleh keuntungan sebesar Rp90 miliar dari penjualan saham tersebut.

Selain saham UNTR, Lo Kheng Hong kembali mengulang kesuksesannya dalam analisis fundamental saham dengan membeli saham PT. Multibreeder Adirama Indonesia, Tbk. (MBAI) di tahun 2005.

Ia membeli saham perusahaan tersebut sebanyak 6,2 juta lembar saham seharga Rp250 per lembarnya.

Dengan modal Rp1,55 miliar, ia berhasil mengantongi 8,28 persen dari total kepemilikan.

Ia bersabar untuk menuai apa yang telah ia tanam selama bertahun-tahun, sehingga kesabarannya pun membuahkan hasil.

Di tahun 2011, harga saham perusahaan tersebut melonjak di angka Rp31.500 per lembar, dan ia menikmati keuntungan sebesar 12.500 persen dari penjualan saham sebesar Rp195,8 miliar.

Sukses di dunia investasi saham, Lo Kheng Hong benar-benar menikmati hidupnya setiap hari.

Kebebasan finansial pun mampu diraihnya. Kesehariannya adalah duduk di taman rumahnya dan melakukan tiga hal, yakni RTI: Reading, Thinking, dan Investing.

“Buy on weakness. Be greedy when others are fearful. Be fearful when others greedy” adalah pepatah lama yang selalu dianut oleh Lo Kheng Hong dalam berinvestasi saham.

"Beli pada kelemahan. Jadilah serakah ketika orang lain takut. Takutlah ketika orang lain serakah," adalah arti dari pepatah tersebut.

Itulah biografi dari sosok Lo Kheng Hong, seorang investor saham yang sukses memiliki aset triliunan rupiah.***

 
Editor: Apriani Alva

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler