Namun petugas keamanan yang berada di dalam Stadion Kanjuruhan tidak sebandng dengan ribuan suporter Arema FC yang membuat keributan.
Lalu, petugas keamanan memutuskan untuk menembakkan gas air mata di dalam lapangan agar suporter Arema FC bisa dikontrol dan situasi menjadi lebih kondusif.
Akan tetapi, gas air mata yang ditembakkan di area stadion menyebabkan suporter panik dan banyak yang pingsan karena sulit bernafas.
Atas kejadian tersebut, Manajeman Arema FC menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada keluarga korban tragedi Kanjuruhan.
Baca Juga: Hasil dan Jadwal Final Livoli 2022 Divisi 1: LavAni vs PDAM Tirta dan Bharata Muda vs BIN-02C
"Arema FC menyampaikan duka mendalam atas musibah di Kanjuruhan. Manajemen Arema FC turut bertanggung jawab untuk penanganan korban baik yang telah meninggal dunia dan yang luka-luka," ungkap Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris dikutip JOMBANG UPDATE dari laman resmi Arema FC.
Manajemen Arema FC juga telah membentuk Crisis Center atau Posko Informasi untuk menerima laporan serta penanganan korban yang dirawat di rumah sakit.
Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 129 orang tersebut menjadi yang terbesar kedua di dunia menggeser insiden di Accra Sports Stadium dan Hillsboroug.
Tragedi terbesar dalam sejarah sepak bola terjadi pada 24 Mei 1964. Saat itu 328 nyawa melayang buntut dari insiden tersebut.