Sejarah Bulutangkis di Olimpiade: dari Demonstrasi hingga jadi Olahraga Primadona

11 Juni 2024, 12:45 WIB
Ilustrasi sejarah bulutangkis di Olimpiade. /PIXABAY/saif71

JOMBANG UPDATE - Bulutangkis, olahraga yang identik dengan Indonesia, memiliki sejarah panjang di Olimpiade. Perjalanan badminton di pentas olahraga terbesar dunia ini penuh dengan lika-liku, sebelum akhirnya mencapai puncak popularitasnya saat ini jelang Olimpiade Paris 2024.

Sejarah bulutangkis di Olimpiade cukup panjang. Bermula dari pertandingan ekspedisi hingga berakhir dengan cabang olahraga yang paling dinantikan.

Berikut JOMBANG UPDATE merangkum sejarah bulutangkis di Olimpiade lengkap fakta kemenangan para atlet sensasional Taufik Hidayat hingga Susi Susanti dan Alan Budikusuma.

Ilustrasi Olimpiade blende12/pixabay.com

Awal Mula Bulutangkis di Olimpiade: Demonstrasi dan Eksibisi

Bulu tangkis pertama kali diperkenalkan di Olimpiade Munich 1972 sebagai olahraga demonstrasi. Pertandingan ini menarik perhatian besar para pecinta olahraga dari seluruh dunia, menjadi bukti potensi badminton untuk menjadi bagian resmi Olimpiade.

Enam belas tahun kemudian, bulu tangkis kembali tampil di Olimpiade Seoul 1988, kali ini sebagai olahraga eksibisi. Antusiasme yang semakin tinggi terhadap badminton semakin memperkuat anggapan bahwa olahraga ini layak dipertandingkan secara resmi di Olimpiade.

Era Baru Bulutangkis di Olimpiade: Cabang Olahraga Resmi

Penantian panjang akhirnya terjawab pada Olimpiade Barcelona 1992. Bulu tangkis resmi dimasukkan sebagai cabang olahraga dengan mempertandingkan empat kategori medali: tunggal putra dan putri, serta ganda putra dan putri. Momen bersejarah ini menandai awal era baru bagi badminton di Olimpiade.

Ganda Campuran dan Dominasi Asia

Pada Olimpiade Atlanta 1996, kategori ganda campuran ditambahkan ke dalam disiplin badminton Olimpiade. Hal ini semakin melengkapi pertandingann badminton dan memberikan kesempatan bagi lebih banyak atlet untuk meraih prestasi di Olimpiade.

Sejak debutnya sebagai cabang olahraga resmi, badminton didominasi oleh negara-negara Asia. Atlet dari Asia telah menyumbang 106 dari 121 medali bulutangkis dalam sejarah Olimpiade, menunjukkan kekuatan dan dominasi mereka di olahraga ini.

Paris 2024: Pertarungan Ketat untuk Medali Emas

Olimpiade Paris 2024 akan menjadi saksi bisu pertarungan sengit para atlet bulutangkis terbaik dunia untuk memperebutkan lima medali emas, perak, dan perunggu. Sebanyak 172 atlet dari berbagai negara akan bertanding dalam lima kategori: tunggal putra dan putri, ganda putra dan putri, serta ganda campuran.

Badminton di Olimpiade

Perjalanan badminton di Olimpiade dipenuhi dengan kisah inspiratif tentang kegigihan dan semangat pantang menyerah. Dari demonstrasi dan eksibisi, badminton kini telah menjadi salah satu cabang olahraga primadona di Olimpiade, menarik perhatian jutaan penggemar di seluruh dunia. Olimpiade Paris 2024 menjanjikan pertandingan bulutangkis yang seru dan menegangkan, dengan potensi lahirnya legenda-legenda baru di dunia badminton.

Momen bersejarah badminton Olimpiade

- Negara-negara Asia yang mendominasi badminton Olimpiade: Tiongkok, Indonesia, Korea Selatan, Jepang, dan Malaysia.

- Atlet bulutangkis Olimpiade paling sukses: Taufik Hidayat (Indonesia) dan Zhang Ning (Tiongkok) dengan masing-masing 2 medali emas.

- Olimpiade 1992: Alan Budikusuma dan Susi Susanti menjadi pasangan suami istri pertama yang meraih medali emas Olimpiade di nomor yang sama (tunggal putra dan putri).

- Olimpiade 2008: Lin Dan (Tiongkok) menjadi pemain pertama yang meraih medali emas tunggal putra di dua Olimpiade berturut-turut.

- Olimpiade Tokyo 2020: Greysia Polii/Apriyani Rahayu (Indonesia) meraih medali emas ganda putri, medali emas bulutangkis pertama bagi Indonesia setelah 21 tahun.

Olimpiade Paris 2024 menjadi momen penting bagi badminton Indonesia untuk kembali mengukir sejarah. Dukungan penuh dari seluruh rakyat Indonesia diharapkan dapat menjadi motivasi bagi para atlet untuk meraih prestasi terbaik dan mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.***

Editor: Apriani Alva

Tags

Terkini

Terpopuler