Covid-19 Melonjak Lagi, Intip Cara Masyarakat Adat untuk Menangkal Penyebaran Penyakit

- 22 Juni 2021, 10:40 WIB
Covid-19 Kembali Melonjak, Intip Cara Masyarakat Adat untuk Menangkal Penyebaran Penyakit
Covid-19 Kembali Melonjak, Intip Cara Masyarakat Adat untuk Menangkal Penyebaran Penyakit /South East Asia Globe/Robin Barr

JOMBANG UPDATE – Covid-19 melonjak lagi, pandemi ini tampaknya belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda.

Bahkan pada hari Senin (21/6) lalu, terdapat penambahan sebesar 14.536 sehingga total kasus positif Covid-19 di Indonesia sejak diumumkan pada Maret 2020, menjadi 2.004.445.

Selain meningkatkan tracing terhadap kasus baru, pencegahan penyebaran Covid-19 juga dilaksanakan melalui penerapan protokol kesehatan.

Ada beberapa protokol kesehatan yang bisa dilakukan oleh masyarakat, yaitu tidak pergi ke keramaian, memakai masker dengan benar, membersihkan diri setelah dari luar rumah, hingga vaksinasi.

Baca Juga: Jakarta Lockdown Bisa Jadi Opsi Anies Baswedan di Tengah Lonjakan Kasus Covid-19

Baca Juga: Virus Covid-19 Varian Delta dari India Semakin Masif Penyebarannya, Ini 5 Fakta yang Harus Diwaspadai

Namun, jauh sebelum penerapan protokol kesehatan, kalangan masyarakat adat Indonesia sebenarnya telah mengenal cara-cara tradisional untuk menangkal berbagai macam penyakit.

Salah satu cara masyarakat adat untuk menangkal penyebaran penyakit dikenal dengan istilah Besesandingon.

Dikutip JOMBANG UPDATE dari buku berjudul Bunga Rampai Asosiasi Pengajar Hukum Adat (APHA) 2020, Besesandingon adalah perpindahan tempat tinggal yang dilakukan oleh Orang Rimba (Suku Anak Dalam atau Suku Kuba) dikarenakan adanya penyakit menular di tempat tinggal asalnya.

Besesandingon telah dilakukan Orang Rimba sejak ratusan tahun lalu. Hal ini dilaksanakan dengan cara mengasingkan orang-orang yang sakit ke tempat yang jauh dari keramaian maupun tempat tinggal asalnya agar orang-orang yang sehat tidak ikut tertular.

Jarak tempat pengasingannya pun bermacam-macam. Ada yang sejauh ratusan meter hingga kiloan meter. Biasanya, pihak keluarga akan membangun pondok pengasingan yang terpisah dari tempat tinggal untuk dihuni kerabat yang sedang terjangkit penyakit.

Akan tetapi, bukan berarti orang-orang yang sakit ini ditelantarkan begitu saja. Keluarga tetap boleh mengirimkan makanan atau barang yang dibutuhkan. Dengan catatan bahwa barang-barang yang dikirimkan harus direndam dalam air yang mengalir terlebih dulu.

Menurut Mijak Tampung yang dikutip JOMBANG UPDATE dari situs Kemendikbud, untuk memastikan bahwa orang-orang sakit telah benar-benar sehat, dibutuhkan waktu selama setidaknya seminggu sebelum akhirnya mereka dapat kembali ke tempat tinggalnya.

Tak hanya itu, bagi Orang Rimba, haram hukumnya untuk menyebut nama-nama penyakit karena dikhawatirkan penyakit tersebut bisa datang menghampiri mereka nantinya.

Lalu, orang-Orang Rimba juga percaya bahwa setiap penyakit pasti memiliki obat. Mereka biasanya akan meracik obat sesuai penyakit yang diderita. Namun, jika penyakit tersebut membingungkan, mereka akan melakukan penyembuhan dengan cara berdoa atau ritual.

Baca Juga: 6 Warisan Genetik yang Diturunkan Orang Tua kepada Anak, Wajib Diketahui!

Baca Juga: Jangan Dianggap Remeh, Body Shaming Ternyata Bisa Ganggu Kesehatan Mental

Uniknya, pengasingan atau Besesandingon tidak hanya diberlakukan kepada orang-orang yang sakit, tetapi juga bagi mereka yang baru saja pulang dari tempat yang jaraknya jauh.

Tradisi yang mirip dengan Besesandingon dilakukan oleh masyarakat adat Kajang Dalam. Tradisi ini bisa dibilang merupakan sebuah representasi dari karantina wilayah atau pembatasan sosial yang diterapkan sejak adanya pandemi Covid-19.

Dalam tradisi masyarakat adat Kajang Dalam, sebelum masuk ke wilayah adat, seseorang harus meminta izin terlebih dahulu kepada jajaran tetua adat yang ada di sana.

Selanjutnya, ada pula tradisi dari orang Bugis Makassar. Tradisi tersebut berupa larangan bagi anggota keluarga yang baru saja melakukan perjalanan jauh untuk berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya, terutama bayi dan anak-anak kecil.

Sebelum berinteraksi, mereka harus mengambil jeda waktu di teras, lalu menggosokkan punggung mereka ke tiang pintu rumah guna mengusir hal-hal jahat yang dianggap mengikuti.

Beragam sekali bukan cara masyarakat adat untuk menangkal penyebaran penyakit? Namun, ada baiknya jika seluruh masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan yang diberlakukan oleh pemerintah dan tenaga kesehatan untuk menghindari Covid-19.***

Editor: Alinur Awwalina

Sumber: Kemendikbud Bunga Rampai Asosiasi Pengajar Hukum Adat (APHA) 2020


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah