Amerika Protes Saat Putin Ingin Datang ke G20, Bagaimana Menurut Akademisi?

1 April 2022, 21:30 WIB
Ilustrasi - AS dan Rusia /Instagram.com/@rusemb_indonesia @flags.usa

JOMBANG UPDATE - Presiden Rusia, Vladimir Putin dikabarkan bakal datang ke Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 yang akan diselenggarakan di Indonesia pada November mendatang. Tak berselang lama, informasi tersebut membuat heboh publik (24/3).

Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobyeva dikutip JOMBANG UPDATE dari The Independent menanggapi hal itu, “Itu akan tergantung pada banyak hal, termasuk situasi Covid-19 yang semakin baik. Sejauh ini, niatnya adalah [Putin] ingin datang.”

Kabar itu muncul di tengah sorotan sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS), Polandia, dan Australia yang mendesak agar Rusia dikeluarkan dari kelompok G-20, sebagai imbas invasi Rusia ke Ukraina, (25/3).

Sementara itu, China justru membela Rusia dan menyebut Rusia adalah anggota penting G-20.

Baca Juga: Protes Unik Aktivis Lingkungan Just Stop Oil di Inggris, Salah Satunya Ikat Leher di Gawang

Baca Juga: Rayakan Hari Puisi Sedunia 21 Maret 2022, Ini 3 Karya Penyair Indonesia Wakili Khasanah Sastra Nusantara

“Tidak ada anggota yang memiliki hak untuk memberhentikan negara lain sebagai anggota. G20 harus menerapkan multilateralisme yang nyata, memperkuat persatuan dan kerja sama.” Kata Wang Wenbin, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China.

Jika Putin nantinya betul-betul datang, maka AS dan sekutu diprediksi akan absen.

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia menyebut kalau pemerintah akan tetap berpedoman pada aturan yang mewajibkan Indonesia sebagai tuan rumah mengundang semua negara anggota tak terkecuali Rusia.

Dalam posisi sebagai Presidensi G20, Indonesia memiliki posisi strategis untuk memperjuangkan kepentingan nasional dan global. Salah satunya adalah perdamaian dunia. Pemerintah juga menegaskan kalau agenda utama forum G-20 adalah pemulihan ekonomi global.

Meskipun sikap Indonesia telah dirasa tepat, Dosen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan, Aknolt Kristian Pakpahan dalam wawancaranya dengan Narasi (menit 1:14-2.58) pun menambahkan pendapatnya.

Menurutnya, jika ditinjau dari sisi lain, ini bisa jadi situasi yang cukup dilematis bagi Indonesia.

“Situasi dilematis [bagi] Indonesia. Artinya begini, sebagai tuan rumah yang baik, ya, kita mengundang. Apakah nanti negara lain memutuskan untuk tidak hadir karena, ya, lets say, Putin is there we are decided not to attend the meeting," ujar Aknolt.

“Rasanya ini salah satu peran yang harus dimainkan. Artinya kita tidak kemudian mencampur adukkan. Itu, kan prinsip kita, yang perlu dipahami, G20 ini merupakan forum kerja sama ekonomi, jadi kita tidak bicara masalah konflik di sini,” tambahnya.

Baca Juga: Gempa Jepang 2022 Ingatkan Tsunami Dahsyat 2011, Pekerja BMKG Beberkan Analisanya

Baca Juga: Gempa Jepang 16 Maret M 7.3, Sempat Ada Peringatan Tsunami Tetapi Sudah Dicabut

Lantas apakah wacana ini akan memengaruhi Indonesia?

“Rasanya kalau saya lihat, sih, Indonesia bukan negara yang kemudian hanya tinggal diperintah tidak mengundang, [atau] kalau Anda tetap mengundang kita akan putuskan hubungan diplomatik atau kita akan kenakan sanksi, rasanya kita tidak dalam posisi itu, tidak selemah itu," jelas Aknolt.

“Kritikan pasti akan datang, kecaman pasti akan datang, tapi di sinilah Indonesia diuji, sebagai tuan rumah, apakah kita bisa merangkul semuanya dan kemudian mengedepankan kerjasama ekonomi internasional. Itu saja fokusnya, jangan dicampur adukan,” sambung Aknolt Kristian Pakpahan.

Demikian informasi tentang pendapat akademisi terkait Amerika protes saat Putin ingin datang ke G20.***

Editor: Anggita

Tags

Terkini

Terpopuler