Kelapan, penyakit hingga angka kematian meningkat. Keadaan ini dimanfaatkan politikus ambisius untuk meraih kekuasaannya yang fasistik.
Negara mengontrol dan membatasi kegiatan masyarakatnya sekaligus merengut kebebasan sipil bahkan membungkam pendapat yang berbeda.
Bahkan urusan keyakinan atau agama diatur pemerintah. Jika tidak mengikuti agama yang diakui pemerintah maka dianggap sebagai penjahat.
Di tengah situasi yang genting, seseorang yang menyebut dirinya V dengan mengenakan kostum ala Guy Fawkes muncul dan mengambil tanggung jawab besar.
V menyebarkan propaganda, ia menyadari kesalahan di seluruh negara tidak dapat ditudingkan semata-mata kesalahan birokrat dan politisi, karena mereka berkuasa karena publik membiarkannya karena alasan ketakutan atau ketidak pedulian.
Aksi V dimulai dengan melancarkan misi untuk menghabisi nyawa penghuni gedung parlemen.
Misinya berhasil tapi pada akhirnya sang tokoh utama V for Vendetta harus menderita.***